Menuju Sarjana
Alah bantuak iko, ndak juo capek wisuda do..... | Mati se lah ndak ??
Home Bahan Kuliah & Makalah Tugas & Tugas Lagi Catatan Akhir Pekan Download About Me

Awal Semester

09.27
Sepertinya aku sangat cakep ketidakberuntungan selalu mengiringin hari-hariku yang mungkin tiada kan berubah. Dan mungkin juga aku memang termasuk salah satu orang yang apes dari 6.647.186.407 juta di dunia ini hehehehe...

Bayangkan saja, sudah seminggu ini perkuliahan jalan, namun aku belum satu kali pun ada kesempatan untuk menduduki bangku kuliah ku tercinta (lebay mode on). 

Setiap ada jadwal, pasti aku telat bangun, trus di jam kedua ada ada aja hal yang menghambat. Mulai dari si 'sikon' yang nggak ngijinan (ketiduran, lupa, kehujanan de el el) sampe emang dari otak  cemerlang malas ku yang aktif bekerja (FB an nanggung, POKER-an ge asyik and segale macemnya)

Akankah daku ini harus berhenti kuliah karena hal tersebut diatas (tanda tanya nih), atau aq harus berhenti bekerja sampai disini aja?? tapi dapet pacar lagi makan dari mana aq kl harus berhenti kerja. Ya nasib ini sepertinya masih susah untuk aq ajak kompromi..

Lastes....
Buat teman2 smuanya, aq mohon bantuannya. Jangan bilangin aq ganteng matre, nggak mau bantu materi juga gak apa-apa kok... yang penting bantulah, dikit-dikit juga gak pa2 kok. thanks before nih

Buat Bapak2 dan Ibuk2 Dosen yang terhormat, q harap kasi aq keringanan seringan mungkin. kl bisa lebih ringan dari badan gemukku ini hehehe....

Thanks All .....
Read On 0 komentar

Metode Diskusi

22.02
1. Metode diskusi adalah :
Suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga di maksudkan untuk dapat meransang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.

2. Prinsip-Prinsip Dalam Diskusi
 Melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi yang di adakan
 Diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam megemungkakan pendapat secara bergilir di pimpin oleh seorang ketua atau moderator.
 Masalah yang didiskusikan dengan perkembangan dan kemampuan anak
 Guru berusaha mendorong siswanya yang kurang aktif untuk melakukan atau mengeluarkan pendapatnya.
 Siswa dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui atau menentang pendapat

3. Metode Diskusi Sangat Sesuai Di Gunakan Bilamana:
Materi yang di sajikan bersifat yang tingkat kesempatanya rendah.
Untuk pengembangan sikap atau tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat efektif.
Untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sistensis,dan tingkat pemahaman yang tinggi.


4. Keunggulan Metode Diskusi:
 Suasanah kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan permikiran mereka terhadap masalah yang sedanf di bicarakan.
 Dapat menjalin hubungan antara individu siswa hingga menimbulkan rasa harga diri,toleransi demokrasi, berfikir kritis dan sistematis.
 Hasil diskusi dapat di pahami oleh para siswa karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi

5. Kelemahan-Kelemahan mEtode Diskusi
 Adanya sebagian siswa yang kurang bepartisifasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertangung jawab terhadap hasil diskusi .
 Sulit meramalkan hasil yang ingin di capai karena pengunaan waktu yang terlalu panjang.
 Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistimatis.

6 Tugas-Tugas Guru Dalam Diskusi
o Dapat bertindak sebagai pimpinan dalam diskusi
o Mengusahakan jalanya diskusi agar tidak terjadi dialog atau hanya sekedar tanya jawab antara guru dan siswa atau antara dua orang siswa saja.
o Sebagai moderator yang dapat megamankan, menolak atau menyampaikan pendapat dan usul-usul kepada peserta diskusi.





7. Langkah-Langkah Yang Perlu Di Dalam Pelaksanaan Diskusi:
 Pemilihan topik yang akan di diskusikan
 Di bentuk kelompok-kelompok diskusi.
 Dan para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing.

8. Jenis-Jenis Diskusi:
Whole Group: Bentuk diskusi kelas di mana para peserta duduk setengah lingkaran.
Diskusi Kelompok: Diskusi yang terdiri dari 4-6 orang peserta.
Buzz Group: Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang di bagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang peserta.
Panel: Suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu, dan duduk dalam bentuk semi melingkar.
Syndicate Group: Dalam bentuk diskusi ini kelas di bagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari3-6 peserta
Symposium: Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah penyangah, moderator,dan notulis, serta beberapa peserta symposium.
Informal Debate:Bentuk diskusi di bagi menjadi dua tim yang seimbag.
Fish Bowl: Diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan pimpinan oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan.
The Open Discussion Group: Bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam megemungkakan pendapat.
Brainstormig: Bentuk diskusi yang pesertanya terdiri dari 8-12 orang.
Posterd By Wenti
Read On 0 komentar

Qiyas

21.51
1. Pengertian Qiyas
• Secara bahasa (Arab) Qiyas berarti ukuran, mengetahui ukuran sesuatu, membandingkan, atau menyamakan sesuatu dengan yang lain.
• Secara terminologi yaitu : membawa (hukum ) yang belum di ketahui kepada hukum yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi keduanya,atau meniadakan hukum bagi keduanya, di sebabkan sesuatu yang menyatukan keduanya, baik hukum maupun sifat.

2. Rukun Qiyas
Para ulama fiqh menetapkan bahwa rukun Qiyas’ada empat yaitu :
• Ashl merupakan objek yang telah di tetapkan hukumnya oleh ayat Al- Qur’an, hadis rasulullah SAW, atau ijma tentang pengharaman wisky dengan meng-qiyaskanya kepada khamar.
• Far’u objek yang di tentukan hukumnya yang tidak ada nash atau ijma’ yang tegas dalam menentukan hukumnya seperti wisky dalam kasus di atas.
• Illat sifat yang menjadi motif dalam menentukan hukum dalam menentukan hukum, dalam kasus khamar di atas illat nya memabukan.
• Hukm al-ashl adalah hukum syara’ yang di tentukan oleh nash atau ijma yang akan di berlakukan kepada far’u seperti keharaman khamar.

3. Kehujahan Qiyas
Jumhur ulama ushul fiqh berpendapat bahwa qiyas dapat di jadikan sebagai metode atau sarana untuk mengistinbatkan hukum syara.


4. Sarat-Syarat Qias yaitu:
1. Ashl yaitunya: (a) Hukum yang telah tetap dan tidak mengandung kemungkinan di-naslkh-kan (dibatalkan), (b) Hukum ashl itu tidak keluar dari kaidah-kaidah qiyas.

2. Hukm al-Asbl
Syarat-syarat hukum al-Asbl yaitunya : (a) Ayat al-Qur’an menentukan bahwa sekurang-kurangnya saksi itu adalah dua orang laki-laki atau satu oarang laki-laki bersama dua orang wanita.(Q.S. Al-Baqarah, (2):282), (b) Hukum al-ashl itu tidak keluar dari ketentua-ketentuan qiyas.
3. Far’u
Para ulama usul fiqh mengemungkakan empat syarat yang harus di penuhi oleh al-far’u yaitu : (a) Illat-nya sama daenga Illat yang ada pada ashl, baik pada zatnya maupun pada jenis. Contohnya : ‘Illat yang sama zatnya adalah meng qiyaskan wisky pada khamar, karena keduanya sama-sama memabukan dan yang memabukan itu sedikit atau banyak apabila di minum hukumnya haram, (b) Hukum al-ashl tidak berubah setelah dilakukan qiyas. Misalnya, tidak boleh meng-qiyas-kan hukum men –zhihar ( menyerupakan istri dengan punggung ibu), (c) Hukum far’u tidak mendahului hukum ashl, artinya hukum far’u itu harus datang dari hukum ashl. Contohnya dalam masalah wudhu’dan tayamum.
::Posted by Marwenti::
Read On 0 komentar

Faktor-Faktor Pendidikan Islam

03.42
Keberhasilan pendidikan tergantung pada banyak faktor, namun yang terpenting di antara faktor-faktor tersebut adalah sumber daya pontensial guru yang sarat nilai moral dalam melakukan transpormasi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Dalam angkatan bersenjata faktor ini disebut dengan “the man behind the gun”. Orang-orang militer berpendapat bahwa bukan senjata yang memenangkan perang, tetapi serdadu yang memegang senjata itu. Serdadu tidak akan memenangkan suatu pertempuran apabila tidak menguasai strategi perang.

A. Pendahuluan
Guru dituntut memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik. Kualitas seorang guru itu dapat diukur dari moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif, dan tidak destruktif.
Seorang guru mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Dia tidak hanya dituntut mampu melakukan transformasi seperangkat ilmu pengetahuan kepada peserta didik (cognitive domain) dan aspek keterampilan (pysicomotoric domain), akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk mengejewatahkan hal-hal yang berhubungan dengan sikap (affective domain).
Mahdi Ghulsyani dalam karyanya, “Filsafat Sains Menurut Al-Quran”, mengatakan bahwa guru merupakan kelompok manusia yang memiliki fakultas penalaran, ketaqwaan dan pengetahuan. Di samping itu, Mahdi Ghulsyani juga menyebutkan karakteristik guru, antara lain adalah memiliki moral, mendengarkan kebenaran, mampu menjauhi kepalsuan ilusi, menyembah Tuhan, bijaksana, menyadari dan mengambil pengalaman-pengalaman.
Al-Quran sebagai landasan paradigma pemikiran pendidikan Islam, telah banyak mengungkapkan analisir kependidikan yang memerlukan perenungan mendalam, terutama bagi praktisi pendidikan. Pemikiran pendidikan yang berlandaskan kepada wahyu Tuhan menuntut terwujudnya suatu sistem pendidikan yang komprehensif, meliputi ketiga pendekatan dalam istilah ilmu pendidikan yaitu cognitive, affective dan psycomotoric. Ketiga pendekatan ini yang nantinya akan mampu melahirkan pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta didik ke arah pengamalan nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi realitas wahyu Tuhan.
Karakter kependidikan yang berlandaskan pada pendekatan nilai-nilai Al-Quran saat ini jauh sebagaimana diharapkan. Banyak dari pendidik hanya menonjolkan aspek kemampuan intelektualitas belaka (cognitive) dan meninggalkan nilai-nilai etika (affective domain). Hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang diajarkan Al-Quran, yang mengajarkan keseimbangan dalam segala hal. Sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang dapat memadukan tiga aspek tersebut dengan cara mentransferkan pengetahuan serta mewariskan nilai-nilai bagi peserta didik dan generasi selanjutnya. Maka keharusan melahirkan kalangan yang dapat berperan sebagai medium (pendidik) dalam proses pentransferan ilmu, itu kemudian menjadi suatu keniscayaan.
Dari kesenjangan ini, perlu adanya pengkajian kembali nilai-nilai pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Penjelasan ini diharapkan akan menjadi sebuah solusi dan menjadi sebuah bahan renungan bagi para pendidik, guru dan orang-orang yang concern terhadap kepembangunan pendidikan di Aceh kususnya dan di Indonesia umumnya.
B. Reaktulisasi Profil Seorang Guru Ideal
Ukuran ideal seorang guru sangat tergantung pada kemampuan dan pengalaman intelektulitasnya. Guru harus memiliki “skill labour” yaitu tenaga terdidik atau terlatih dengan kebiasaan-kebiasaan baik, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan subjek didik. Guru merupakan figur dalam penyuksesan pendidikan bagi anak didik. Tidak cukup hanya saja, bahkan guru dituntut harus memiliki akhlak yang baik seperti diajarkan oleh Rasulullah saw.
Muhammad ‘Abd al-Qadir Ahmad menuturkan bahwa Rasul sosok sang pendidik, para sahabat sebagai subjek didik kala itu menangkap teladan yang luhur pada dirinya, berakhlak baik, memiliki ilmu dan memiliki keutamaan dalam semua gerak-geriknya.
Jika seorang pendidik mempunyai karakter seperti di atas, akan disenangi oleh peserta didik, dengan sendirinya akan disenangi ilmu yang diajarkannya. Muhammad ‘Abd al-Qadir mengatakan, “Banyak siswa yang membenci suatu ilmu atau materi pelajaran karena watak guru yang keras, akhlak guru yang kasar dan cara mengajar guru yang sulit. Di pihak lain, banyak pula siswa yang menyukai dan tertarik untuk mempelajari suatu ilmu atau mata pelajaran, karena cara perlakuan yang baik, kelembutan dan keteladanannya yang indah.”
Tugas ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan sulit dicapai oleh seseorang, apabila ia tidak mempunyai karakter pendidik. Seorang pendidik mempunyai sifat-sifat terpuji dan mampu menyesuaikan diri baik dengan peserta didik maupun dengan masyarakat. Sikap seperti inilah barangkali yang diketengahkan al-Quran dengan ungkapan Ulul al-Bab.
C. Kesimpulan
Untuk memperoleh jawaban tentang ciri-ciri ideal seorang guru, paling tidak harus melakukan dua pendekatan, antara lain: pertama, pendekatan tidak disengaja. Pendekatan ini dilakukan dengan tidak disengaja oleh seorang pendidik, karena terjadi dalam interaksi keseharian, misalnya dalam proses belajar mengajar, maupun dalam pergaulan di luar kelas. Keberhasilan tipe keteladanan, seperti keilmuan, kepemimpinan, keikhlasan, penampilan (performance), tingkah laku, tutur kata dan sebagainya. Dalam kondisi ini, pengaruh keteladanan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Ini berarti bahwa setiap orang yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Allah swt.
Kedua, pendekatan yang disengaja. Pendekatan ini dilakukan dengan cara penjelasan atau perintah agar diteladani. Seperti lazimnya seorang pendidik memerintah muridnya untuk membaca, mengerjakan tugas sekolah, tugas rumah atau seorang pendidik memberi penjelasan di papan tulis kemudian ditiru oleh murid-muridnya. Pendekatan ini dilakukan agar si anak terbiasa dan terlatih dalam kedisiplinan dan keuletan dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Pendekatan ini adalah salah satu pendekatan yang paling sering dilakukan Nabi Muhammad saw., ketika bersama-sama dengan sahabatnya.
Para sahabat telah mempelajari berbagai urusan agama mereka dengan jalan mengikuti keteladanan yang diberikan Rasulullah saw., secara sengaja, seperti digambarkan dalam sebuah hadits, “Hendaklah kamu sekalian mengambil cara-cara ibadah seperti ibadahku.”









DAFTAR BACAAN
Abd Al-Rahman Al-Nahlawi. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: Diponegoro, 1992.
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992.
Ali Syari’ati. Membangun Masa depan Islam; Pesan Untuk Para Intelektual Muslim, cet. 2. Bandung: Mizan, 1989.
AM. Saefuddin. Fenomena Kemasyarakatan, cet. 1. Yogyakarta: Dinamika, 1996.
Azyumardi Azra. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, cet. 1. Jakarta: Logos, 1998.
Benjamin Spoek. Memberi Watak Anak. Jakarta: Gunung Jati, 1982.
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan; Suatu analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995
Haya Binti Mubarak. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Jakarta: Darul Falah, 1998.
Hilmy Bakar Almascaty. Membangun Sistem Pendidikan Kaum Muslimin. Jakarta: Azzahra, tt.
Kholilah Marhijanto. Menciptakan Keluarga Sakinah. Gersik: Bintang Pelajar, 1998.
M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1987.
M. M. Rachmat Kartakusuma. Serba Pandangan Tentang Peranan Cendikiawan, “PRISMA”, NO. 9, November 1976, tahun ke v.
Mahdi Ghulsyani. Filsafat Sains Menurut Al-Quran, ter. Agus Effendi. Bandung: MIzan, 1995.
Maudurrahman. The Amirican Jornal of Islamic Social Sciencies, vol. XI, No. 4. America: The Institute of Islamic Thought, 1994.
Muhammad ‘Abd al-Qadir Ahmad. Thuruq al-Tarbiyah al-Islamiyyah. Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Mishyyah, 1980.
Sayyed Ali Asyraf. New Horizon in Muslim Education. Chppenham: Anthony Rowe, 1985.
Soetjipto Wirosardjono. Cendikiawan Islam Indonesia Masa Kini, Pemikiran dan Peranannya, “Panji Masyarakat”, no. 630, 23 Rabi’ul Akhir- 2 Jumadil awal 1410 H, 21-30 desember 1989.
Read On 0 komentar

ILMU HADITS

03.13
Ulumul Hadist
Sejarah Pembinaan dan Penghimpunan Hadist. Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bi Abdul Azis yakni tahun 99 Hijriyah datanglah angin segar yang mendukung kelestarian hadits, Maka pada tahun 100 H Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkan kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadits-hadits Nabi yang terdapat pada para penghafal.
A. PENULISAN HADITS
Para penulis sejarah Rasul, ulama hadis, dan umat Islam semuanya sependapat menetapkan bahwa AI-Quranul Karim memperoleh perhatian yang penuh dari Rasul dan para sahabatnya. Rasul mengharapkan para sahabatnya untuk menghapalkan AI-Quran dan menuliskannya di tempat-tempat tertentu, seperti keping-keping tulang, pelepah kurma, di batu-batu, dan sebagainya.

Ketika Rasulullah SAW. wafat, Al-Quran telah dihapalkan dengan sempurna oleh para sahabat. Selain itu, ayat-ayat suci AI-Quran seluruhnya telah lengkap ditulis, hanya saja belum terkumpul dalam bentuk sebuah mushaf. Adapun hadis atau sunnah dalam penulisannya ketika itu kurang memperoleh perhatian seperti halnya Al-Quran. Penulisan hadis dilakukan oleh beberapa sahabat secara tidak resmi, karena tidak diperintahkan oleh Rasul sebagaimana ia memerintahkan mereka untuk menulis AI-Quran. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan hadis-hadis Rasulullah SAW. Mereka mencatat sebagian hadis-hadis yang pernah mereka dengar dari Rasulullah SA W.
Diantara sahabat-sahabat Rasulullah yang mempunyai catatan-catatan hadis Rasulullah adalah Abdullah bin Amr bin AS yang menulis, sahifah-sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian sahabat menyatakan keberatannya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Abdullah itu Mereka beralasan bahwa Rasulullah telah bersabda.
Artinya:
"Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)
Dan mereka berkata kepadanya, "Kamu selalu menulis apa yang kamu dengar dari Nabi, padahal beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu yang tidak dijadikan syariat umum." Mendengar ucapan mereka itu, Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hal tersebut. Rasulullah kemudian bersabda: Artinya:
"Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku di tangannya. tidak keluar dari mulutku. selain kebenaran ".Menurut suatu riwayat, diterangkan bahwa Ali mempunyai sebuah sahifah dan Anas bin Malik mempunyai sebuah buku catatan. Abu Hurairah menyatakan: "Tidak ada dari seorang sahabat Nabi yang lebih banyak (lebih mengetahui) hadis Rasulullah daripadaku, selain Abdullah bin Amr bin As. Dia menuliskan apa yang dia dengar, sedangkan aku tidak menulisnya". Sebagian besar ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadis dinasakh (dimansukh) dengan hadis yang memberi izin yang datang kemudian. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Rasulullah tidak menghalangi usaha para sahabat menulis hadis secara tidak resmi. Mereka memahami hadis Rasulullah SAW. di atas bahwa larangan Nabi menulis hadis adalah ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan akan mencampuradukan hadis dengan AI-Quran Sedangkan izin hanya diberikan kepada mereka yang tidak dikhawatirkan mencampuradukan hadis dengan Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-Quran ditulis dengan sempurna dan telah lengkap pula turunannya, maka tidak ada Jarangan untuk menulis hadis. Tegasnya antara dua hadis Rasulullah di atas tidak ada pertentangan manakala kita memahami bahwa larangan itu hanya berlaku untuk orang-orang tertentu yang dikhawatirkan mencampurkan AI-Quran dengan hadis, dan mereka yang mempunyai ingatan/kuat hapalannya. Dan izin menulis hadis diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunah untuk diri sendiri, dan mereka yang tidak kuat ingatan/hapalannya.
B. PENGHAPALAN HADIS
Para sahabat dalam menerima hadis dari Nabi SAW. berpegang pada kekuatan hapalannya, yakni menerimanya dengan jalan hapalan, bukan dengan jalan menulis hadis dalam buku. Sebab itu kebanyakan sahabat menerima hadis melalui mendengar dengan hati-hati apa yang disabdakan Nabi. Kemudian terekamlah lafal dan makna itu dalam sanubari mereka. Mereka dapat melihat langsung apa yang Nabi kerjakan. atau mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari nabi, karena tidak semua dari mereka pada setiap waktu dapat mengikuti atau menghadiri majelis Nabi. Kemudian para sahabat menghapal setiap apa yang diperoleh dari sabda-sabdanya dan berupaya mengingat apa yang pernah Nabi lakukan, untuk selanjutnya disampaikan kepada orang lain secara hapalan pula.
Hanya beberapa orang sahabat saja yang mencatat hadis yang didengarnya dari Nabi SAW. Di antara sahabat yang paling banyak menghapal/meriwayatkan hadis ialah Abu Hurairah. Menurut keterangan Ibnu Jauzi bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sejumlah 5.374 buah hadis. Kemudian para sahabat yang paling banyak hapalannya sesudah Abu Hurairah ialah:
1. Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan 2.630 buah hadis.
2. Anas bin Malik meriwayatkan 2.276 buah hadis.
3. Aisyah meriwayatkan 2.210 buah hadis.
4. Abdullah ibnu Abbas meriwayatkan 1.660 buah hadis.
5. Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 buah hadis.
6. Abu Said AI-Khudri meriwayatkan 1.170 buah hadis.

C. PENGHIMPUNAN HADITS
Pada abad pertama hijrah, yakni masa Rasulullah SAW., masa khulafaur Rasyidin dan sebagian besar masa bani umayyah, hingga akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis itu berpindah-pindah dan disampaikan dari mulut ke mulut Masing-masing perawi pada waktu itu meriwayatkan hadis berdasarkan kekuatan hapalannya. Memang hapalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadis-hadis yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab (w. 23/H/644 M). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat Islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Al-Quran.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dinobatkan akhir abad pertama hijrah, yakni tahun 99 hijrah datanglah angin segar yang mendukung kelestarian hadis. Umar bin Abdul Azis seorang khalifah dari Bani Umayyah terkenal adil dan wara', sehingga beliau dipandang sebagai khalifah Rasyidin yang kelima.Beliau sangat waspada dan sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya, karena meninggal dunia. Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghapalnya. Maka tergeraklah dalam hatinya untuk mengumpulkan hadis-hadis Nabi dari para penghapal yang masih hidup. Pada tahun 100 H. Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadis-hadis Nabi yang terdapat pada para penghafal. Umar bin Abdul Azis menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm yang berbunyi: Artinya:
"Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu tulislah. karena aku takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama dan jangan diterima selain hadis Rasul SAW dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu dirahasiakan. "
Selain kepada Gubernur Madinah, khalifah juga menulis surat kepada Gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadis. Khalifah juga secara khusus menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri. Kemudian Syihab Az-Zuhri mulai melaksanakan perinea khalifah tersebut. Dan Az-Zuhri itulah yang merupakan salah satu ulama yang pertama kali membukukan hadis.
Dari Syihab Az-Zuhri ini (15-124 H) kemudian dikembangkan oleh ulama-ulama berikutnya, yang di samping pembukuan hadis sekaligus dilakukan usaha menyeleksi hadis-hadis yang maqbul dan mardud dengan menggunakan metode sanad dan isnad.
Metode sanad dan isnad ialah metode yang digunakan untuk menguji sumber-sumber pembawa berita hadis (perawi) dengan mengetahui keadaan para perawi, riwayat hidupnya, kapan dan di mana ia hidup, kawan semasa, bagaimana daya tangkap dan ingatannya dan sebagainya. Ilmu tersebut dibahas dalam ilmu yang dinamakan ilmu hadis Dirayah, yang kemudian terkenal dengan ilmu Mustalahul hadis. Setelah generasi Az-Zuhri, kemudian pembukuan hadis dilanjutkan oleh Ibn Juraij (w. 150 H), Ar-Rabi' bin Shabih (w. 160 H) dan masih banyak lagi ulama-ulama lainnya. Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pembukuan hadis dimulai sejak akhir masa pemerintahan Bani Umayyah, tetapi belum begitu sempuma. Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu pada pertengahan abad II H. dilakukan upaya penyempunaan. Mulai. waktu itu kelihatan gerakan secara aktif untuk membukukan ilmu pengetahuan, termasuk pembukuan dan penulisan hadis-hadis Rasul SAW. Kitab-kitab yang terkenal pada waktu itu yang ada hingga sekarang sampai kepada kita, antara lain AI-Muwatha ' oleh imam Malik, AI Musnad oleh Imam Asy-Syafi'l (204) H. Pembukuan hadis itu kemudian dilanjutkan secara lebih teliti oleh Imam-lmam ahli hadis, seperti Bukhari, Muslim, Turmuzi, Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, dan lain-lain.Dari mereka itu, kita kenal Kutubus Sittah (kitab-kitab) enam yaitu: Sahih AI-Bukhari Sahih Muslim, Sunan An-Nasai dan At-Turmuzi. Tidak sedikit pada "masa berikutnya dari para ulama yang menaruh perhatian besar kepada Kutubus sittah tersebut beserta kitab Muwatta dengan cara mensyarahinya dan memberi catatan kaki, meringkas atau meneliti sanad dan matan-matannya.

D. TIMBULNYA PEMALSUAN HADIS DAN UPAYA PENYELAMATANNYA
Sejak terbunuhnya khalifah Usman bin Affan dan tampilnya Ali bin Abu Thalib serta Muawiyah yang masing-masing ingin memegang jabatan khalifah, maka umat Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu syiah. khawarij, dan jumhur. Masing-masing kelompok mengaku berada dalam pihak yang benar dan menuduh pihak lainnya salah. Untuk membela pendirian masing-masing, maka mereka membuat hadis-hadis palsu. Mulai saat itulah timbulnya riwayat-riwayat hadis palsu. Orang-orang yang mula-mula membuat hadis palsu adalah dari golongan Syiah kemudian golongan khawarij dan jumhur, Tempat mula berkembangnya hadis palsu adalah daerah Irak tempat kamu syiah berpusat pada waktu itu.
Pada abad kedua, pemalsuan hadis bertambah luas dengan munculnya propaganda-propaganda politik untuk menumbangkan rezim Bani Umayyah. Sebagai imbangan, muncul pula dari pihak Muawiyyah ahli-ahli pemalsu hadis untuk membendung arus propaganda yang dilakukan oleh golongan oposisi. Selain itu, muncul juga golongan Zindiq, tukang kisah yang berupaya untuk menarik minat masyarakat agar mendengarkannya dengan membuat kisah-kisah palsu.
Menurut Imam Malik ada empat jenis orang yang hadisnya tidak boleh diambil darinya:
1. Orang yang kurang akal.
2. Orang yang mengikuti hawa nafsunya yang mengajak masyarakat untuk mengikuti hawa nafsunya.
3. Orang yang berdusta dalam pembicaraannya walaupun dia tidak berdusta kepada Rasul.
4. Orang yang tampaknya saleh dan beribadah apabila orang itu tidak mengetahui nilai-nilai hadis yang diriwayatkannya.
Untuk itu, kemudian sebagian ulama mempelajari dan meneliti keadaan perawi-perawi hadis yang dalam masa itu banyak terdapat perawi-perawi hadis yang lemah Diantara perawi-perawi tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mana yang benar-benar dapat diterima periwayatannya dan mana yang tidak dapat diterima.
Selain itu juga diusahakan pemberantasan terhadap hadis-hadis palsu oleh para ulama, yaitu dengan cara menunjukan nama-nama dari oknum-oknum/ golongan-golongan yang memalsukan hais berikut hadis-hadis yang dibuatnya supaya umat islam tidak terpengaruh dan tersesat oleh perbuatan mereka. Untuk itu, para ulama menyusun kitab-kitab yang secara khusus menerangkan hadis-hadis palsu tersebut, yaitu antara lain :
1. Kitab oleh Muhammad bin Thahir Ak-Maqdizi(w. tahun 507 H)
2. Kitab oleh Al-Hasan bin Ibrahim Al-Hamdani
3. Kitab oleh Ibnul Jauzi (w. tahun 597 H)
Di samping itu para ulama hadis membuat kaidah-kaidah atau patokan-patokan serta menetapkan ciri-ciri kongkret yang dapat menunjukkan bahwa suatu hadis itu palsu. Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa hadis itu palsu antara lain:
1. Susunan hadis itu baik lafaz maupun maknanya janggal, sehingga tidak pantas rasanya disabdakan oleh Nabi SAW., seperti hadis:
Artinya:
"Janganlah engkau memaki ayam jantan, karena dia teman karibku. "
2. Isi maksud hadis tersebut bertentangan dengan akal, seperti hadis:
Artinya:
"Buah terong itu menyembuhkan. Segala macam penyakit. "
3. Isi/maksud itu bertentangan dengan nas Al-Quran dan atau hadis mutawatir, seperti hadis:
Artinya:
"Anak zina itu tidak akan masuk surga. "
4. Hadis tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT. :
Artinya:
"Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. " (QS. Fatir: 18)
Sanad dan Matan Hadist
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting, karena hadits yang diperoleh/diriwaytkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadits yang sahih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam. (Posted by : Hendri)
Read On 0 komentar

Administrasi dan Sarana Pendidikan

01.47
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya. Lingkungan pendidikan akan bersifat positif atau negatif itu tergantung pada pemeliharaan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri .

Terbatasnya pengetahuan dari personal tata usaha sekolah akan administrasi sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk mengetahui dan memahami nya dengan sungguh sungguh, maka dari itu kami menyusun makalah ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini terdiri dari 2 tujuan yaitu :
1. Tujuan Umum dari makalah ini adalah :
Untuk mengetahui pengertian, macam – macam, komponen, fungsi, tujuan administrasi sarana dan prasarana pendidikan serta hubungannya dengan pelaksanaan program pengajaran yang di laksanankan di sekolah .

2. Tujuan Khusus dari makalah ini adalah :
Untuk mempelajari secara terperinci bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu merupakan gabungan dari unsur- unsur sarana dan prasarana sehingga membentuk suatu lingkungan fisik pendidikan dan merupakan unsur yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan dari tujuan pendidikan itu sendiri.














BAB II

PEMBAHASAN

ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
2.1. PENGERTIAN

Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan . misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dsb. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya ; Ruang, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb. Dengan demikian dapat di tarik suatau kesimpulan bahwa Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri.
Menurut keputusan menteri P dan K No 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah
b. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil.

Secara micro (sempit) kepala sekolahlah yang bertanggung jawab atas pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sebuah sekolah. Sedangkan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolaah serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sebuah sekolah baik tujuan secara khusus maupun tujuan secara umum

Terdapat beberapa pemahaman mengenai administrasi sarana dan prasarana di antaranya adalah :
a. Berdasarkan konsepsi lama dan modern
Menurut konsepsi lama administrasi sarana dan prasarana itu di artikan sebagai sebuah sistem yang mengatur ketertiban peralatan yang ada di sekolah. Menurut konsepsi modern administrasi sarana dan prasarana itu adalah suatu proses seleksi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Guru menurut konsepsi lama bertugas untuk mengatur ketertiban penggunaan sarana sekolah, menurut konsepsi modern guru bertugas sebagai administrator dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

b. Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu
• Seperangkat kegiatan dalam mempertahankan ketertiban penggunaan sarana dan prasarana di sekolah melalui penggunaan di siplin (pendekatan otoriter)
• Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan ketertiban sarana dan prasarana sekolah dengan melalui pendekatan intimidasi
• Seperangkat kegiatan untuk memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran (pendekatan permisif)
• Seperangkat kegiatan untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan program pembelajaran (pendekatan intruksional)
• Seperangkat kegiatan untuk mengembangkan sarana dan prasarana sekolah
• Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan keutuhan dan keamanan dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

Pengertian lain dari administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.
Dengan demikian adminitrasi sarana dan prasarana itu merupakan usaha untuk mengupayakan sarana dan alat peraga yang di butuhkan pada proses pembelajaran demi lancarnya dan tercapainya tujuan pendidikan .

2.2 MACAM – MACAM SARANA DAN PRASARANA
Adapun macam-macam sarana dan prasarana yang di perlukan di sekolah demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah :
• Ruang kelas : tempat siswa dan guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.
• Ruang perpustakaan : tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi siswa dan dari sinilah siswa dapat menambah pengetahuan.
• Ruang laboratorium ( tempat praktek) : tempat siswa mengembangkan
• pengetahuan sikap dan keterampilan serta tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan .
• Ruang keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan latihan mengenai keterampilan tertentu.
• Ruang kesenian : adalah tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan seni
• Fasilitas olah raga : tempat berlangsungnya latihan-latihan olahraga.

Pemeliharaan sarana dan prasarana
Untuk menyempurnakan pelaksanaan administrasi sarana dan prasarana para ahli menyarankan beberapa pedoman pelaksanaan administrasinya, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kepala sekolah tidak terlalu menyibukkan diri secara langsung dengan urusan pelaksanaan administrasi sarana dan prasarana pengajaran.
b. Melakukan sistem pencatatan yang tepat sehingga mudah di kerjakan .
c. Senantiasa di tinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan program pengajaran.
Adapun masalah yang sering timbul dalam pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah adalah pengrusakan yang di lakukan oleh siswa –siswa di sekolah itu sendiri. Namun ada beberapa upaya yang bisa di lakukan dalam menangani masalah tersebut diantaranya adalah :
• Membangkitkan rasa memiliki sekolah pada siswa –siswi
• sarana dan prasarana sekolah di siapkan yang prima sehingga tidak mudah di rusak
• Membina siswa untuk disiplin dengan cara yang efektif dan di terima oleh semua siswa .
• Memupuk rasa tanggung jawab kepada siswa untuk menjaga dan memelihara keutuhan dari sarana dan prasarana sekolah yang ada.

Koordinasi dalam mengelola dan memelihara sarana dan prasarana sekolah agar tetap prima adalah tugas utama dari administrator, oleh karena itu para petugas yang berhubungan dengan sarana dan prasarana sekolah bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah, adapun kebijaksanaan yang di perlukan dalam memelihara dan mengelola sarana dan prasarana sekolah adalah :

1. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan petugas
2. Memimpin kerja sama dengan staf yang membantu petugas.
3. Memberikan pelatihan pada petugas untuk peningkatan kerjanya.
4. Mengawasi pembaharuan dan perbaikan sarana dan prasarana
5. Mengadakan inspeksi secara periodik dan teliti terhadap sarana dan
prasarana.

Prinsip dan tata tertib
Setiap sekolah memiliki prinsip-prinsip dan tata tertib mengenai
penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, hal itu bertujuan
untuk mempermudah administrator dalam mengawasi dan mengatur sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tersebut.

KOMPONEN-KOMPONEN ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
1. LAHAN
Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus di sertai dengan tanda bukti kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat), adapun jenis lahan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
• Lahan terbangun adalah lahan yang diatasnya berisi bangunan ,
• Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan diatasnya.
• Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan untuk pelaksanaan kegiatan praktek
• Lahan pengembangan adalah lahan yang di butuhkan untuk pengembangan bangunan dan kegiatan praktek.
Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang sesuai dengan cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman dari gangguan bencana alam dan lingkungan yang kurang baik.

2. RUANG
Secara umum jenis ruang di tinjau dari fungsinya dapat di kelompokkan dalam
a. Ruang pendidikan
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses kegiatan belajar mengajar teori dan praktek antara lain :
1. Ruang teori sejumlah rombel 4. Ruang perpustakaaan
2. Ruang Laaboraatorium 5. Ruang kesenian
3. Ruang Olah raga 6. Ruang keteraampilan

b. Ruang administrasi
Ruang Administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
kantor. Ruang administrasi terdiri dari :
1. Ruang kepala sekolah 3. Ruang tata usaha
2. Ruang guru 4. Gudang

c. Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang mendukung
proses kegiatan belajar mengajar antara lain :
1. Ruang Ibadah 5. Ruang serbaguna
2. Ruang koperasi sekolah 6. Ruang UKS
3. Ruang OSIS 7. Ruang WC/ kamar mandi
4. Ruang BP

3. PERABOT
Secara umum perabot sekolah mendukung 3 fungsi yaitu: fungsi pendidikan, fungsi administrasi, fungsi penunjang. Jenis perabot sekolah di kelompokkan menjadi 3 macam :
a. Perabot pendidikan perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Adapun jenis, bentuk dan ukurannya mengacu pada kegiatan itu sendiri.
b. Perabot administrasi, adalah perabot yang di gunakan untuk mendukung kegiatan kantor. Jenis perabot ini hanya tidak baku / berstandard internasional.
c. Perabot Penunjang, adalah perabot yang di gunakan / di butuhkan dalam ruang penunjang. Seperti perabot perpustakaan, perabot UKS, perabot OSIS
d. dsb.

4. ALAT DAN MEDIA PENDIDIKAN
Setiap mata pelajaran sekurang-kurangnya memiliki satu jenis alat peraga praktek yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran, sehingga dengan demikian proses pembelajaran tersebut akan berjalan dengan optimal.

5. BUKU ATAU BAHAN AJAR
Bahan ajar adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di gunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bahan ajar ini terdiri dari:
• Buku Pegangan : Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai acuan dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan produktif.
• Buku Pelengkap : Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan memperdalam penguasaan materi
• Buku Sumber : Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu / keterampilan.
• Buku Bacaan : Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai bahan bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas pengetahuan dan wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi ) yang bersifat relatif.

HUBUNGAN ANTARA SARANA DAN PRASARANA DENGAN PROGRAM PENGAJARAN
Jenis peralatan dan perlengkapan yang di sediakan sekolah dan cara-cara pengadministrasiannya mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat proses belajar mengajar, demikian pula administrasinya yang jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan dan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa. Namun yang lebih penting dari itu semua adalah penyediaan sarana di sekolah di sesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya di masa mendatang.
ADMINISTRASI GEDUNG DAN PERLENGKAPAN SEKOLAH

Kepala sekolah mempunyai peranan tersendiri dalam panitia perencanaan bangunan sekolah dan perlengkapannya. Dalam menghadapi tugasnya tersebut kepala sekolah di sarankan menempuh beberapa langkah-langkah sbb:
• Membentuk panitia untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus yang bertalian dengan bangunan dan perlengkapannya yang di usulkan.
• Mengatur kunjungan ke sekolah –sekolah yang di pergunakan sebagai model (contoh)
• Mempelajari gambar-gambar contoh bangunan sekolah dan perlengkapannya baik yang di proyeksikan atau gambar biasa.

Ada beberapa aspek yang bertalian dengan perencanaan dan pemeliharaan bangunan sekolah Sarana dan prasarana diantaranya adalah :

a. Perluasan bangunan yang ada
Guru-guru dan para orang tua murid hendaknya diikutsertakan dalam melakukan perencanaan mengenai penambahan-penambahan, perombakan-perombakan bangunan yang sudah ada atau dalam merencanakan bangunan baru dengan menampung dan mempertimbangkan saran-saran yang mereka kemukakan.

b. Rehabilitasi
Rencana rehabilitasi hendaknya dilakukan sehemat mungkin dengan melakukan survey terhadap bangunan dan perlengkapan yang sudah ada dan mencatat secara terperinci perbaikan-perbaikan yang di perlukan. Rehabilitas ini bertujuan untuk kepentingan efektifitas pelaksanaan program sekolah.

c. Meningkatkan mutu keindahan ruang belajar
Ada kecenderungan mengecat ruang belajar dengan warna menurut kesukaan dan pilihan individu guru, walaupun demikian ada beberapa prinsip yang telah lama diakui dan dianjurkan oleh para ahli seni dan dekorasi umpamanya reaksi-reaksi psikologis terhadap warna-warna tertentu harus diperhatikan dalam mengecat ruang belajar.

d. Memilih perabot dan perlengkapan
Salah satu faktor penting yang di jadikan bahan pertimbangan dalam memilih perabot dan perlengkapan ruang kelas adalah dasar pengajaran dan psikologis. Administrator yang progresif akan mengutamakan fleksibelitas dalam fungsi dan letak perabot di ruang belajar.

e. Tanggung jawab keberesan sekolah
Kepala sekolah dan guru hendaknya selalu menyadari bahwa murid-murid banyak belajar dari lingkungan sekolah. Keadaan kelas yang berantakan dan tidak teratur, kotor, cahaya dan ventilasi yang kurang memadai, akan memberikan pengaruh jelek kepada murid baik dari segi pendidikan dan perkembangannya maupan dari segi pendidikan dan kesehatan.

f. Memperhatikan kondisi sanitasi
Ditinjau dari kebutuhan akan kesehatan murid dan seluruh anggota staf di sekolah, masalah sanitasi harus mendapat perhatian pertama. Salah satu kegiatan utama program kesehatan sekolah ialah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, sehingga diharapkan dapat menimbulkan pengaruh yang optimal dalam proses belajar dan terhadap perkembangannya.

g. Pemeriksaan
Tanggungjawab kepala sekolah untuk melakukan pemeriksaan dan koreksi terhadap kondisi-kondisi ruangan sekolah dan perlengkapannya termasuk halaman dan tempat-tempat bermain murid, harus dilaksanakan terus menerus dan teratur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, ia mengadakan pertemuan-pertemuan dengan penjaga kebersihan sekolah mengenai masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang harus di atasi.

h. Penyimpanan alat-alat yang tepat
Soal penyimpanan alat-alat kurang mendapat perhatian,baik dalam literatur tentang konstruksi bangunan sekolah maupun dalam struktur bangunannya. Alat-alat yang langsung dipergunakan dalam pembelajaran memerlukan fasilitas penyimpanan yang memadai dan praktis sehingga sewaktu-waktu di perlukan dapat segera di sediakan serta keamanannya cukup terpelihara .

i. Mengatur dan memelihara ruang belajar
Sebagian besar waktu kehidupan murid-murid dan guru selama bersekolah, dipergunakan di ruang belajar. Dari kenyataan ini timbul tuntutan agar kepala sekolah memberikan perhatian cukup terhadap kondisi ruang belajar. Guru sering kali memberikan pengawasan langsung terhadap pengaturan dan pemeliharaan ruang belajar, namun mereka memerlukan bantuan dan dukungan dari kepala sekolah dan penjaga kebersihan sekolah agar ruang belajar senantiasa siap untuk
dipergunakan dan memperlancar proses belajar. Kepala sekolah hendaknya melakukan observasi yang teratur dan kontinu terhadap kondisi cahaya di ruang belajar dan segera mengadakan perbaikan bilamana terdapat kekurangan-kekurangan.

j. Pemeliharaan halaman dan tempat bermain
Kegiatan rekreasi di sekolah dewasa ini mempunyai peranan penting dalam pogram pengajaran. Menyediakan tempat dan fasilitas saja untuk keperluan itu, belum memadai. Tempat bermain harus di pelihara, di ratakan serta disesuaikan dengan berbagai permainan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid. Tempat bermain harus selalu dijaga dan dipelihara supaya bebas dari kondisi dan hal-hal atau benda-benda yang mungkin menimbulkan bahaya kecelakaan, atau
memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kesehatan murid dan penghuni sekolah lainnya.

2.3. FUNGSI ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA

Selain memberi makna penting bagi terciptanya dan terpeliharanya kondisi sekolah yang optimal administrasi sarana dan prasarana sekolah berfungsi sebagai;
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala kebutuhan yang di perlukan dalam proses belajar mengajar.
2. Memelihara agar tugas-tugas murid yang diberikan oleh guru dapat terlaksana dengan lancar dan optimal.

Fungsi administrasi yang dipandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh kepala sekolah adalah:

a. Perencanaan
perencanaan dapat dipandang sebagai suatu proses penentuan dan penyusunan rencana dan program-program kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan dating secara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan,prinsip-prinsip dasar dan data atau informasi yang terkait serta
menggunakan sumber-sumber daya lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Rencana tersebut hendaknya memiliki sifat-sifat sbb

1. Harus jelas
Kejelasan ini harus terlihat pada tujuan dan sasaran yang hendak di capai, jenis dan bentuk, tindakan (kegiatan) yang akan dilaksanakan, siapa pelaksananya, prosedur, metode dan teknis pelaksananya,bahan dan peralatan yang diperlukan serta waktu dan tempat pelaksanaan.

2. Harus realistis
Hal ini mengandung arti bahwa ;
1. Rumusan,tujuan serta target harus mengandung harapan yang memungkinkan dapat dicapai baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun kualitatifnya. Untuk itu harapan tersebut harus di
susun berdasarkan kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh sumberdaya yang ada.
2. Jenis dan bentuk kegiatan harus relevan dengan tujuan dan target yang hendak di capai.
3. Prosedur, metode dan teknis pelaksanaan harus relevan dengan tujuan yang hendak dicapai serta harus memungkinkan kegiatan yang telah di pilih dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
4. Sumberdaya manusia yang akan melaksanakan kegiatan tersebut harus memiliki kemampuan dan motivasi serta aspek pribadi lainnya yang memungkinkan terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Rencana harus terpadu
a. Rencana harus memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat insani maupun non insani sebagai komponen-komponen yang bergantung satu sama sama lain, berinteraksi dan bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Rencana harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala prioritas.

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan dan tugas serta kegiatan yang berdasarkan struktur organisasi formal kepada orang-orang yang memiliki kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya sebagai prasyarat bagi terciptanya kerjasama yang harmonis dan optimal ke arah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.
Pengorganisasian ini meliputi langkah-langkah antara lain :

1. Mengidentifikasi tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Mengkaji kembali pekerjaan yang telah direncanakan dan merincinya menjadi sejumlah tugas dan menjabarkan menjadi sejumlah kegiatan.
3. Menentukan personil yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan tersebut.
4. Memberikan informasi yang jelas kepada guru tentang tugas kegiatan yang harus dilaksanakan mengenai waktu dan tempatnya, serta hubungan kerja dengan pihak yang terkait.
c. Menggerakkan
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama-bersama dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

d. Memberikan arahan
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk,serta bimbingan kepada guru yang di pimpinnya agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas. Fungsi ini berlaku sepanjang proses pelaksanaan kegiatan.

e. Pengkoordinasian
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menyelaraskan gerak langkah dan memelihara prinsip taat asas (konsisten) pada setiap dan seluruh guru dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya agar dapat tujuan dan sasaran yang telah direncanakan .Hal ini di lakukan oleh kepala sekolah melalui pembinaan kerja sama antar guru, dan antar guru dengan pihak-pihak luar yang terkait. Disamping itu penyelarasan dan ketaatan pada SAS diupayakan agar fungsi yang satu gengan yang lainnya dapat mercapai dan memenuhi target yang ditetapkan sebelumnya.

f. Pengendalian
Fungsi ini mencakup upaya kepala sekolah untuk :
1. Mengamati seluruh aspek dan unsur persiapan dan pelaksanaan program-program kegiatan yang telah di rencanakan
2. Menilai seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang ada dapat mencapai sasaran-sasaran dan tujuan.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan beserta faktor-faktor penyebabnya.
4. Mencari dan menyarankan atau menentukan cara-cara pemecahan masalah-masalah tersebut.
5. Mengujicobakan atau menerapkan cara pemecahan masalah yang telah dipilih guna menghilangkan atau mengurangi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian dalam melaksanakan fungsi ini kepala sekolah dapat menggunakan sekurang-kurangnya 3 pendekatan yaitu :
1. Pengendalian yang bersifat pencegahan
2. Pengendalian langsung
3. Pengendalian yang bersifat perbaikan.

g. Inovasi
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha yang bersifat kreatif inovatif. Dengan demikian kepala sekolah dan guru-guru perlu mencari atau menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekurang-kurangnya mereka di harapkan mampu dan mau memodifikasi hal-hal atau cara-cara yang lebih baik atau lebih efektif dan efisien, agar pembaharuan pendidikan dapat muncul dari warga sekolah, hal ini juga akan menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah itu sendiri. Dalam melakukan fungsi ini kepala sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Harus di sadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih baik dari yang lama.
2. Jika mampu menemukan atau menciptakan sesuatu hal atau cara baru , ia tidak perlu memandang rendah yang lama
3. Perlu di konsultasikan kepada pihak-pihak yang berwenang.

2.4 TUJUAN ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA
Adapun yang menjadi tujuan dari administrasi saran dan prasarana adalah tidak lain agar semua kegiatan tersebut mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Administrasi sarana dan prasarana semakin lama di rasakan semakin rumit karena pendidikan juga menyangkut masyarakat atau orang tua murid, yang terlibat langsung dalam pendidkan tersebut. Oleh karena itu apabila administrasi sarana dan prasarana berjalan dengan baik maka semakin yakin pula bahwa tujuan pendidikan akan tercapai dengan baik.
Mengingat sekolah itu merupakan subsistem pendidikan nasional maka tujuan dari administrasi sarana dan prasarana itu bersumber dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri. sedangkan subsistem administrasi sarana dan prasarana dalam sekolah bertujuan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan sekolah tersebut, baik tujuan khusus maupun tujuan secara umum.

Adapun tujuan dari administrasi sarana dan prasarana itu adalah :
a. Mewujudkan situasi dan kondisi sekolah yang baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi dalam pembelajaran
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam proses pembelajaran
d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.



BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.
2. Adapun masalah yang sering timbul dalam pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah adalah pengrusakan yang dilakukan oleh siswa-siswa di sekolah itu sendiri.
3. Adapun yang menjadi tujuan dari administrasi saran dan prasarana adalah agar semua kegiatan administrasi sarana dan prasarana mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
4. Tujuan dari administrasi sarana dan prasarana itu bersumber dari tujuan pendidikan nasional.

3.2 Saran - saran

a. Sebagai seorang personal administrasi pendidikan berusahalah untuk belajar dan belajar lagi lebih giat dalam memahami dan mendalami administrasi sarana dan prasarana demi terwujudnya tujuan dari pendidikan nasional.
b. Agar kita tidak ketinggalan maka kita harus aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman supaya tidak gaptek (gagap tekhnologi) .

Read On 0 komentar

Semester IV

03.09
I. PERTUMBUHAN AGAMA PADA ANAK-ANAK
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latiha yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. W.H. Clark berpendapat bahwa anak-anak itu adalah manusia dalam bentuk, akan tetapi masih dekat kepada hewan.
A. Bagaimana Caranya Anak Mengenal Tuhan
Anak-anak mulai mengenal tuhan, melalui bahasa. Pada mulanya anak-anak memang kurang memperhatikan tentang Tuhan. Akan tetapi ketika setelah ia melihat orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut kepada Tuhan, maka mulailah ia merasa sedikit lebih gelisah dan ragu tentang sesuatu yang ghaib yang tidak dapat dilihatnya itu, dan kemungkinan ia juga akan ikut membaca dan mengulang kata-kata yang diucapkan oleh orang tuanya. Lambat laut tanpa ia sadari, akan masuklah pemikiran mengenai tuhan dalam pembinaan kepribadiannya dan menjadi objek pengalaman agamis.
Maka tuhan bagi balita dan anak-anak pada permulaan merupakan nama dari sesuatu yang asing, yang tidak dikenalnya dan diragukannya kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian kepada tuhan pada permulaan karena ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana.
Kegamuman dan penghargaan kepada bapaknya adalah penting untuk pembinaan jiwa, moral dan fikiran, sampai umur + 5 tahun, dan inilah bibit yang akan menumbuhkan kepercayaan kepada Allah dalam masyarakat beragama.
Anak-anak pada umur 3 – 4 tahun anak-anak sering mengemukakan pertanyaan yang ada hubungannya dengan agama, seperti : “Siapa tuhan, dimana surga, bagaimana pergi kesana?”. Dan cara memandang alam mini seperti memandang dirinya sendiri, belum ada pengertian tentang metafisik. Dan anak-anak akan menerima segala jawaban apapun yang diberikan atas semua pertanyaan-pertanyaan untuk sementara waktu, tapi kadang-kadang jawaban-jawaban yang kurang serasi dapat membawa kerag-raguan dan kebimbangan pada anak-anak. Apa yang dipercayai anak adalah apa yang diajarkan oleh orangtuanya, oleh karena itu orang tua harus hati-hati mengajarkan mengenai tuhan kepada anak-anak.

B. Pentingnya Hubungan antara Anak-Anak dan Orang Tua
Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalan anak kepada dunia luar, maka setiap sikap dan reaksi emosi anak di kemudian hari terpengaruh kepada sikap orang tuanya.
Latihan-latihan keagamaan hendaklah dilakukan sedemikian rupa sehinggan menumbuhkan nilai-nilai dan rasa aman, karena mempunyai nilai-nilai tersebut sangat penting dalam pertumbuhan anak.
Apabila latihan-latihan agama dilalaikan pada waktu kecil, atau diberikan dengan cara yang salah atau tidak cocok, maka dewasa nanti ia akan cenderung akan atheis dan tidak peduli kepada agama, atau kurang merasa pentingnya agama terhadap dirinya (Allport).
Kepercayaan anak-anak akan tumbuh melalui latihan dan didikan yang diterimanya dari sekitarnya, baik orang tua maupun lingkungannya. Biasanya kepercayaan-kepercayaan itu berdasarkan konsepsi-konsepsi yang nyata, misalnya seperti cara berfikir tentang Tuhan, Malaikat, Jin, surga, neraka dan sebagainya adalah dalam bentuk atau gambaran yang pernah dilihat dan didengarnya, hal ini nanti akan berubah setelah pengertian dan pengalamannya sehari-hari dalam bermacam-macam kesempatan makin banyak dan bertambah luas. Perkembangan pengertian anak-anak tentang agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan yang dilaluinya.
Berhubungan karena anak-anak cenderung kepada memandang semua yang diketahuinya dengan cara yang sederhana, maka menyimpang atau salahnya pengetian anak, ini disebabkan oleh kata-kata yang menerangkan konsep-konsep tersebut. Biasanya hal ini akan sering terjadi terahadap anak-anak.
Sebelum anak-anak menginjak usia 7 tahun, perasaannya terhadap Tuhan adalah negative yaitu takut, menentang dan ragu. Akan tetapi pada usia diatas 7 tahun ia akan mulai bersikap positif dengan mulai menerima semua kenyataan, dan mulai tahun nilai baik dan buruk dari perilakunya.

C. Pembinaan Pribadi Anak
Orang tua adalah pembinan pribadi pertama bagi anak, kehidupan orang tua, sikap dan tata cara hidup, merupakan unsure-unsur pendidikan yang tidak langsung, tapi dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang berkembang itu.
Begitu juga dengan guru agama, guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi si anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada si anak. Guru agama hendaknya membawa anak didik kearah pribadi yang sehat dan baik. Seperti cara bergaul dengan teman sebaya, cara menghadapi masalah, cara berpakaian dan sebagainya.


II. PERTUMBUHAN AGAMA PADA REMAJA
1. Pertumbuhan Mental Remaja
Pertumbuhan pengertian mengenai ide-ide agama sejalan dengan perkembangan kecerdasan. Pengertian-pengertian mengenai hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat dirasakan langsung baru dapat diterima remaja apabila pertumbuhan dan perkembangannya telah memungkinkan untuk itu.
Alfred Binet (1857-1911) seorang Psikolog Prancis mengemukakan bahwa kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak, tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Dan kemampuan untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada, baru tampak pada usia 14 tahun.
Karena itu tidak jarang ide-ide dab pokok-pokok agama ditolak atau dikritik oleh anak-anak yang telah meningkat pada usia remaja, bahkan bisa mengakibatkan mereka menjadi bimbang dalam beragama.
2. Berbagai Problema Pada Remaja
Berbagai problema psikologis yang melekat pada remaja yang kadang memberikan pengaruh yang menyulitkan pada perkembangannya dalam memahami pengertian pentingnya agama ada dalam kehidupannya.
Problema tersebut antara lain:
- Masalah hari depan
Setiap remaja tentunya memikirkan hari depannya, namun ada perbedaan seberapa jauh dan seberapa focus ia menatap masa depannya. Kecemasan mengenai masa depan yang kurang pasti akan menimbulkan berbagai problema yang lain, misalnya semangat belajar menurun, rasa tertekan karena pikiran sendiri, bahkan kadang-kadang mudah terpengaruh akan hal-hal yang tidak baik. Dan seringkali perhatian mereka kepada agama menjadi menurun.
- Masalah hubungannya dengan orangtua
Hal ini sering terjadi pada diri seorang remaja, dimana adanya perbedaan pendapat dengan orang tua dalam berbagai hal.
- Masalah moral dan agama
Perubahan nilai dan norma yang terjadi dalam kalangan lingkungan remaja bisa menjadikan remaja merasa acuh terhadap nilai dan norma agama.

3. Mengatasi Problema Remaja
Cara mengarahkan remaja dalam menghadapi problema yang sedang dihadapinya:
- Tunjukan sikap bahwa kita memahami mereka
Adalah ketidakbijaksanaan kalau kita mengabaikan perasaan dan pertarungan jiwa yang sedang dialami oleh remaja tanpa penganalisaan mengapa hukum itu demikian. Sebaiknya kita tunjukkan bahwa kita faham yang mereka alami dan mereka rasakan. Setelah itu barulah kita mengemukakan ajaran agama mengenai hal itu secara sederhana dan mencarikan hikmah dan manfaatnya.
- Dekatkan agama pada mereka
Dengan mendekatkan remaja kepada agama, akan lebih memudahkan mereka untuk mengontrol sikap mereka dalam mematuhi peraturan dan ketentuan agama. Jangan sampai pengetahuan agama hanya sekedar pengetahuan yang tidak berarti apa dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Masalah Mati dan Kekekalan
Meskipun remaja telah mengetahui akan adanya kematian, akan tetapi mereka tidak dapat menghilangkan kegelisahan. Ketakutan tersebut sering diakibatkan oleh alasan-alasan sebagai berikut:
a. Takut berpisah dengan keluarga.
b. Takut diri sendiri akan mati, karena :
- Berpisah dengan orang yang disayangi dan kuatir meninggalkan mereka
- Takut akan bertemu dengan Allah, takut dengan dosa-dosa yang telah diperbuat.
- Takut karena ambisi didunia belum tercapai, contoh belum tercapainya harapan dan cita-cita.
Read On 0 komentar

THE DAFTAR

:: SENIN ::
kosong

:: SELASA ::
KMD II (14:00)

:: RABU ::
Pembelajaran Fiqh (8:30)
Tugas -> Kewarisan
--------------------------
Pembelajaran SPI (10:30)

:: KAMIS ::
Masa'il Fiqhiyah (10:30)
Tugas >> Kontroversi Haramnya Facebook
--------------------------
Perbandingan Pendidikan (16:00)

:: JUM'AT ::
Kapita Selekta Pendidikan Islam (14:00)
Ilmu Mantiq (16:00)

:: SABTU ::
Ilmu Pendidikan Islam (08:30)
Statistik Pendidikan (10:30)
Pengembangan Kurikulum PAI (16:00)

Categories